Powerpuff Girls, Bubbles

Selasa, 23 Juni 2015

Menulis blog seperti Iman

Menulis blog itu seperti iman naik - turun. Contohnya cerita trip ini. Perginya sih udah 1 tahun yang lalu :D tapi baru sekarang nulisnya.
Tulisan ini muncul pun ketika karna satu dan dua hal, kebetulan di kantor kerjaan tidak terlalu ribet, ya sudah kerjaan di kubikul saya adalah memantau socmed; fb, ig, terkadang blog dan twitter.

Di IG banyak menemukan acc solotraveler yang membuat saya "gila" melihat foto dan cerita-cerita mereka, seperti @cinaynww, @catatanbacpacker, @langkahjauh, @adamravie, @dedesunarya dan masih banyak lagi acc2 yang belum saya ketehaui.
Ya ini menjadi alasan saya(juga) untuk berbagi perjalanan trip saya.


Dengan mengumpulkan sisa-sisa memori di kepala dan melihat foto-foto yang akan mendatangkan ingatan kembali.


Dieng Culture Festival 5 (29 Agustus - 1 Sept 2014) - Part 1

Seperti biasa perjalanan kali ini juga dilakukan solotraveling dari hasil searching-searching di backpackerindonesia.com.
Tampaklah acara "Dieng Culture Festival 5". Kebetulan Dieng merupakan list tempat yang ingin saya datangi.
Akhirnya saya menentukan untuk ikut TO "Like This Adventure".

Perjalanan Jakarta - Dieng ditempuh dengan transportasi Bus. Dengan jumlah peserta 20 - 30 an orang, dari berbagai kota mulai dari Medan sampai Balikpapan.
Kebetulan ini adalah acara kirab budaya potong rambut gimbal anak Dieng. Sudah bisa di tebak bakal rame wisatawan yang datang.
Dari Jakarta berangkat habis magrib tgl 29 Agustus. Sampai di Dieng 30 Agustus jam 9/10 pagi.



Di Wonosobo Bus berhenti menjemput teman-teman dari Balikpapan.
Tipe jalan Desa Dieng ini klo di Medan seperti menuju ke Brastagi. Jalannya hanya cukup untuk 2 kendaraan jalanannya pun tanjakan.
Di tengah perjalanan dan di tengah-tengah tanjakan tiba-tiba bus kami berhenti*oh my god!, nggk ngerti apa karna bus yang kami tumpangi sudah sedikit tua ato entah apa penyebabnya. Saya langsung cus cepat-cepat turun dari bus karna takut terjadi apa-apa. Setelah di cek-cek ternyata bus tidak mampu melanjutkan perjalanan, alhasil semua peserta turun dengan membawa tas masing-masing lalu menumpang angkutan umum. Angkutan umun yang kami tumpangi sebenernya sih udah penuh penumpangnya tapi ywoda di hajar aja buat naik, jadinya kami semua berdiri di dalam angkutannya.
Dan ternyata angkutan umumnya pun tidak melewati homestay kami. Terpaksa kami turun dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit-an dengan melewati lahan-lahan tanaman warga.


Sampai di homestay cepat-cepat cari kamar tidur(cari amam gitu*heheheheheheee) buat narok tas dan beberes.

Siap beberes perjalanan dilanjutkan masih dengan berjalan kaki menuju Telaga Warna.
Ke Telaga Warna sama leader TO (bang sobar namanya) di bawa trekking kurang lebih 30 - 45 menitan untuk mendapatkan view yang bagus dan tak biasa. Di tempat view tbs hanya ada 1 - 2 orang pengunjung.




Next dari Telaga Warna menuju Kawah Sikidang masih dengan berjalan kali. Di Kawah Sikidang ini saya dan temen-temen tidak mengeksplor masuk ke dalam wilayah kawahnya, mungkin karna sudah terlalu capek berjalan dan juga kami sudah lapar.
Setelah kami makan malam di pelataran parkir Kawah Sikidang, perjalanan pulang menuju homestay diputuskan untuk menyewa angkutan umum yang banyak parkir di lokasi ini.





Sampai di homestay, bersih-bersih sebentar trus lanjut lagi melihat acara Jazz Di Atas Awan. Perjalanan masih ditempuh dengan berjalan kaki. Di sini kami tidak hanya menikmati lagu Jazz dengan rasa dingin yang menusuk di badan tapi kami juga menerbangkan lampion - lampion cantik.





»»  READMORE...

Senin, 15 Juni 2015

Medan, kekecewaan Sonic Fair 2015


Kemarin Sabtu 13 Juni 2015 saya datang ke acara yang bertajuk "Sonic Fair", klo versi jakartanya "Hammer Sonic". Harga tiket Pre-Sale Rp. 40.000, On the Spot Rp. 70.000.
Dengan head line bandnya "The Calling" serta band-band dari Jkt, Bandung dan Medan;FingerPrint, OutRight, Seringai, Endank Soekamti serta Judika.
Dengan ekspektasi yang besar datanglah saya ke acara tsb.
Pas datang yg nampil Judika. Semangat anak medan di bakar abang Judika dengan 3 lagu batak yg di bawakan. Setelah Judika baru The Calling nampil. Nahh....dari sini kekecewaan di mulai. Waktu crew The Calling melakukan check-sound memerlukan waktu yang sangat lama, sekitar kurang-lebih 45 menit. Semangat penonton yg tadinya sudah memuncak langsung drop karna menunggu yg sangat lama. Seharusnya band dengan skala internasional harus sudah profesional di dalam persiapan tapi entah kenapa penonton malah di suruh menunggu sangat lama.
Kekecewaan selanjutnya, ternyata The Calling nggk masuk selera musiknya dengan penonton yg datang, artinya penonton kurang bersemangat menontonnya, dgn banyaknya penonton yg memilih duduk.
Kekecewaan selanjutnya ketika band OutRight dari Bandung nampil sound payah, suara vokal ataupun alat musik nggk keluar, penonton kecewa!
Nah kekecewaan yang terakhir, jam sudah menunjukkam pukul 12 kurang malam, penonton dgn setia menunggu band terakhir nampil diiringi dgn gerimis hujan yaitu Endank Soekamti, eehhh tapi ternyata Endank Soekamti gagal main dengan alasan hujan yg disampainkn oleh MC, karna panggung tidak ada atapnya.
Endank Soekamti sendiri sudah minta maaf karna gagal main melalui acc IG nya erix. Melalui acc IG nya juga nya berkata kalau mereka sudah mempersiapkan untuk manggung tapi karna keadaan gerimis sedangkan panggung tidak ada atapnya makanya panitia memutuskan untuk memberhentikan acara.


»»  READMORE...