Powerpuff Girls, Bubbles

Minggu, 26 Juli 2015

Dieng Culture Festival 5 (29 Agustus - 1 Sept 2014) - Pulang

Semalam sebelum tidur Leader TO bang Sobar pesan ke kami supaya tidur malamnya cepat, biar bisa bangun pagi jam 02:30 untuk liat sunrise di Puncak Sikunir.

Baiklah pesan dilaksanakan. Saya tidur cepat, tak lupa set alarm hp jam 2, karna yang dipikiran saya jam 02:30 seluruh peserta sudah siap dan langsung cus berangkat.
Tepat jam 2 pagi alarm berbunyi, lihat sekililing kamar teman2 masih pada molor dengan nyenyaknya, mencoba mendengar keadaan di luar masih sunyi-senyap. Nggk jelas juga pun ini*dalam hati saya berbicara. Ywodalah tidur dilanjutkan aja klo gitu.

Sekitar jam 02:30 terdengar suara temen 1 kamar siap-siap.

Ternyata hanya sebagian peserta yang ikutan liat sunrise. Dan Alhamdulillah si Bus udah sehat juga, udah membawa kami untuk melanjutkan perjalanan.

Karna ini adalah acara Festival Budaya, bisa ditebak wisatawan akan ramai mengunjungi Dieng. Dan ini bener saja, bus kami berhenti di tengah perjalanan, tempat yang dituju pun masih jauh jaraknya. Bus berhenti karna jalanan macet oleh ramainya kendaraan mobil, motor maupun para wisatawan. Maka bang sobar memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan dengan berjalan kaki.


Jarak dari kami berjalan kaki baru sampai di kaki puncak sikunirnya aja udah memakan waktu setengah jam, belum lagi perjalanan menucuk punvak sikunirnya.
Nggk ngerti untuk mendiskripsikan ramainya wisatawan yang ingin melihat sunrise.

Sankin ramainya wisatawan menyebabkan perjalanan macet (jadi bukan di kota saja yang bisa macet, perjalanan menuju puncak sikunir pun bisa macet).


Karna kami berangkat agak kesiangan kirain bakal nggk dapat liat sunrisenya, tapi Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bisa melihat sunrise di puncak sikunir, walaupun posisi kami belum tepat berada di puncak.
Udah taulah ya klo udah mendapatkan momen sunrise semua wisatawan tidak menyia-nyiakan untuk mendokumentasikannya.



Tidak berapa lama melihat sunrise, sebelum wisatawan turun ke bawah kami segera memutuskan untuk turun duluan supaya nggk kena macet lagi 

Sampai di bawah cus cari warung buat isi perut sembari menunggu teman-teman yang lain turun, soalnya kami turun tidak bersamaan.

Selesai makan dan teman yang ditunggu datang juga(setelah kami menunggu kurang lebih setengah jam), segeralah kami pulang ke homestay untuk melanjutkan jadwal utama melihat pemotongan rambut anak gimbal.
Jadi ceritanya ketika kami mau pulang si bus kan mutar balik, karna jalannya sempit hanya muat 2 mobil saja, kondisi jalan juga nggk rata menyebabkan ketika memutar busnya miring ke kiri(ada aja kejadian sama busnya), dan menyebabkan jalan macet, Alhamdulillah setelah dibantu sama orang-orang yang ada di situ busnya bisa berada di posisi yang bener juga.

Sampai di  Homestay, bersih-bersih habis itu cus menuju kirab budaya pemotong rambut gimbalnya. Kali ini perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki, alasannya karena jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh dan alasan yang utama agar terhindar dari kemacetan.

Kami mendapatkan tiket VVIP, jadi posisi kami melihat anak-anak gimbal yang dipotong rambutnya sangat dekat dan jelas.

Fenomena rambut gimbal di Desa Dieng merupakan fenomena alam yang muncul secara misterius di kawasan tersebut. Masyarakat Dieng mempercayai bahwa anak-anak berambut gimbal merupakan karunia/anugerah dari para dewa. Jadi klo rambut gimbalnya mau dipotong harus menunggu dari permintaan si anak langsung, dan orang tuanya pun harus menuruti apa yang mereka minta. Di acara Dieng Culture Festival 5 ini diumumkan permintaan anak-anak tsb, diantaranya minta dibelikan sepeda, hp yang ada cameranya, dll.

Selesai acara kirab budayanya kami pun langsung cus ke homestay, beres-beres dan langsung balik ke Jakarta dengan bus tercinta kami itu.
»»  READMORE...

Selasa, 23 Juni 2015

Menulis blog seperti Iman

Menulis blog itu seperti iman naik - turun. Contohnya cerita trip ini. Perginya sih udah 1 tahun yang lalu :D tapi baru sekarang nulisnya.
Tulisan ini muncul pun ketika karna satu dan dua hal, kebetulan di kantor kerjaan tidak terlalu ribet, ya sudah kerjaan di kubikul saya adalah memantau socmed; fb, ig, terkadang blog dan twitter.

Di IG banyak menemukan acc solotraveler yang membuat saya "gila" melihat foto dan cerita-cerita mereka, seperti @cinaynww, @catatanbacpacker, @langkahjauh, @adamravie, @dedesunarya dan masih banyak lagi acc2 yang belum saya ketehaui.
Ya ini menjadi alasan saya(juga) untuk berbagi perjalanan trip saya.


Dengan mengumpulkan sisa-sisa memori di kepala dan melihat foto-foto yang akan mendatangkan ingatan kembali.


Dieng Culture Festival 5 (29 Agustus - 1 Sept 2014) - Part 1

Seperti biasa perjalanan kali ini juga dilakukan solotraveling dari hasil searching-searching di backpackerindonesia.com.
Tampaklah acara "Dieng Culture Festival 5". Kebetulan Dieng merupakan list tempat yang ingin saya datangi.
Akhirnya saya menentukan untuk ikut TO "Like This Adventure".

Perjalanan Jakarta - Dieng ditempuh dengan transportasi Bus. Dengan jumlah peserta 20 - 30 an orang, dari berbagai kota mulai dari Medan sampai Balikpapan.
Kebetulan ini adalah acara kirab budaya potong rambut gimbal anak Dieng. Sudah bisa di tebak bakal rame wisatawan yang datang.
Dari Jakarta berangkat habis magrib tgl 29 Agustus. Sampai di Dieng 30 Agustus jam 9/10 pagi.



Di Wonosobo Bus berhenti menjemput teman-teman dari Balikpapan.
Tipe jalan Desa Dieng ini klo di Medan seperti menuju ke Brastagi. Jalannya hanya cukup untuk 2 kendaraan jalanannya pun tanjakan.
Di tengah perjalanan dan di tengah-tengah tanjakan tiba-tiba bus kami berhenti*oh my god!, nggk ngerti apa karna bus yang kami tumpangi sudah sedikit tua ato entah apa penyebabnya. Saya langsung cus cepat-cepat turun dari bus karna takut terjadi apa-apa. Setelah di cek-cek ternyata bus tidak mampu melanjutkan perjalanan, alhasil semua peserta turun dengan membawa tas masing-masing lalu menumpang angkutan umum. Angkutan umun yang kami tumpangi sebenernya sih udah penuh penumpangnya tapi ywoda di hajar aja buat naik, jadinya kami semua berdiri di dalam angkutannya.
Dan ternyata angkutan umumnya pun tidak melewati homestay kami. Terpaksa kami turun dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit-an dengan melewati lahan-lahan tanaman warga.


Sampai di homestay cepat-cepat cari kamar tidur(cari amam gitu*heheheheheheee) buat narok tas dan beberes.

Siap beberes perjalanan dilanjutkan masih dengan berjalan kaki menuju Telaga Warna.
Ke Telaga Warna sama leader TO (bang sobar namanya) di bawa trekking kurang lebih 30 - 45 menitan untuk mendapatkan view yang bagus dan tak biasa. Di tempat view tbs hanya ada 1 - 2 orang pengunjung.




Next dari Telaga Warna menuju Kawah Sikidang masih dengan berjalan kali. Di Kawah Sikidang ini saya dan temen-temen tidak mengeksplor masuk ke dalam wilayah kawahnya, mungkin karna sudah terlalu capek berjalan dan juga kami sudah lapar.
Setelah kami makan malam di pelataran parkir Kawah Sikidang, perjalanan pulang menuju homestay diputuskan untuk menyewa angkutan umum yang banyak parkir di lokasi ini.





Sampai di homestay, bersih-bersih sebentar trus lanjut lagi melihat acara Jazz Di Atas Awan. Perjalanan masih ditempuh dengan berjalan kaki. Di sini kami tidak hanya menikmati lagu Jazz dengan rasa dingin yang menusuk di badan tapi kami juga menerbangkan lampion - lampion cantik.





»»  READMORE...

Senin, 15 Juni 2015

Medan, kekecewaan Sonic Fair 2015


Kemarin Sabtu 13 Juni 2015 saya datang ke acara yang bertajuk "Sonic Fair", klo versi jakartanya "Hammer Sonic". Harga tiket Pre-Sale Rp. 40.000, On the Spot Rp. 70.000.
Dengan head line bandnya "The Calling" serta band-band dari Jkt, Bandung dan Medan;FingerPrint, OutRight, Seringai, Endank Soekamti serta Judika.
Dengan ekspektasi yang besar datanglah saya ke acara tsb.
Pas datang yg nampil Judika. Semangat anak medan di bakar abang Judika dengan 3 lagu batak yg di bawakan. Setelah Judika baru The Calling nampil. Nahh....dari sini kekecewaan di mulai. Waktu crew The Calling melakukan check-sound memerlukan waktu yang sangat lama, sekitar kurang-lebih 45 menit. Semangat penonton yg tadinya sudah memuncak langsung drop karna menunggu yg sangat lama. Seharusnya band dengan skala internasional harus sudah profesional di dalam persiapan tapi entah kenapa penonton malah di suruh menunggu sangat lama.
Kekecewaan selanjutnya, ternyata The Calling nggk masuk selera musiknya dengan penonton yg datang, artinya penonton kurang bersemangat menontonnya, dgn banyaknya penonton yg memilih duduk.
Kekecewaan selanjutnya ketika band OutRight dari Bandung nampil sound payah, suara vokal ataupun alat musik nggk keluar, penonton kecewa!
Nah kekecewaan yang terakhir, jam sudah menunjukkam pukul 12 kurang malam, penonton dgn setia menunggu band terakhir nampil diiringi dgn gerimis hujan yaitu Endank Soekamti, eehhh tapi ternyata Endank Soekamti gagal main dengan alasan hujan yg disampainkn oleh MC, karna panggung tidak ada atapnya.
Endank Soekamti sendiri sudah minta maaf karna gagal main melalui acc IG nya erix. Melalui acc IG nya juga nya berkata kalau mereka sudah mempersiapkan untuk manggung tapi karna keadaan gerimis sedangkan panggung tidak ada atapnya makanya panitia memutuskan untuk memberhentikan acara.


»»  READMORE...

Minggu, 05 April 2015

Dengan Apa Engkau Takar Bahagiamu?


Dengan apa kau takar bahagiamu?
Miliki saldo tabungan dengan jejeran dua belas angka nol dibelakangnya?
Seolah dunia dan perhiasannya telah dapat termiliki semua,
Padahal dunia cuma biasan dari setitik air dari syurga.
.
Dengan apa kau takar bahagiamu?
Miliki pasangan hidup rupawan yang membuat jutaan pasang mata iri memandangnya?
Seolah engkau adalah manusia paling beruntung karena tertakdirkan memiliki pasangan berraga sempurna.
Padahal dia tak ada apa-apanya dibandingkan penghuni syurga, tanpa ketaatan kepada TuhanNya.
.
Dengan apa kau takar bahagiamu?
Dikelilingi barang mewah yang membuat derajat sosialmu naik dimata manusia?
Seolah engkau adalah makhluk paling mulia diantara mereka yang miskin harta.
Padahal bagi Allah, engkau cuma manusia sombong yang tak pandai menjaga titipanNya.
.
Dengan apa kau takar bahagiamu?

Padahal tak perlu mencari terlalu jauh kebahagiaan karena sesungguhnya takaran bahagia itu ada di dalam dirimu sendiri.

Hati yang senantiasa bersih.

Pikiran yang senantiasa positif kepada hidup.

Bibir yang senantiasa digunakan mengucap syukur.

Harta yang senantiasa dibelanjakan di jalan Allah.

Waktu yang senantiasa dihabiskan untuk mengingat kematian.

Sikap dan sifat yang senantiasa rendah hati dan jauh dari iri dengki.

Umur yang senantiasa dipakai jadi manfaat untuk sesama.

Bakti yang senantiasa diberikan kepada orang tua.

Sahabatku,
jika takaran bahagiamu adalah dunia, percayalah engkau pasti tak akan menemukannya,
engkau tak akan pernah merasa puas, takkan pernah merasa tercukupi,
karena bahagia yang tertakar oleh dunia sifatnya fana dan sementara.
Kian hari engkau akan kian cari nikmat dunia,
akan kian jauh dari rahmat Rabbmu,
sementara bahagia yang sesungguhnya adalah pada saat engkau dekat denganNya.

Love,
KAP 19/3/15

#repost from @kinantisetiawan
#SelfReminder
»»  READMORE...

Sabtu, 21 Maret 2015

Ice Cream Cacing

Jadi ceritanya semalam habis magrib pulang dari kantor, saya dan temen kantor;JW namanya berencana makan Ice Cream Cacing :D
Ice Cream Cacing awalnya pernah liat fotonya di akun IG temen kuliah. Pas liat fotonya "iihhh unik nih jajanannya" komen saya dalam hati, tapi ywoda di komen dalam hati saja, nggk nanyak jualnya di mana.
Trus semalam pas waktunya ishoma di kantor, saya dan temen 1 tim si JW itu makan siang di pantry kantor sambil nonton berita di TV. Eehhh ternyata beritanya lagi ada liputan Ice Cream Cacing di Medan. Ywoda langsung aja si JW ngajakkin ke sana.

Singkat cerita, setelah searching2 sampelah kami di tempat jual Ice Cream Cacingnya, nama tempatnya Ice Cream Choco Pot di daerah Setia Budi Pasar 2 Medan.
Tempatnya itu rumah yang dijadikan untuk usaha ini. Suasananya masih sangat sederhana sekali. Bagasi rumah dipergunakan buat customer duduk2, duduknya pun hanya menggunakan bangku plastik kayak yang di punya abg2 tukang bakso yang jualan dengan gerobak trus bawa bangku plastik, ya seperti itulah. Kursi dan meja dari kayu yang tempat awalnya di dalam rumah juga di keluarkan.
Saya pesen Tanah Milo Ice Cream Vanila dengan Toping Marsmallow.


Kalau malam bukanya dari jam 19:30 karna istirahat Magrib.
Dari hasil searching2 juga usaha ini baru buka kurang lebih 1 bulan, yang punya sepasang kekasih yang masih muda. Seharinya bisa terjual sampai 100-150, omset seharinya 2-3 juta.

Alamat Ice Cream Choco Pot di jl. setiabudi pasar 2 Komplek Graha Tanjung sari No a14, dengan prize race 17K - 24K per- Mangkok.
Pilihan menunya Tanah Orea, Tanah Milo dengan ice cream coklat, vanila, strambery, kacang merah, dll, dengan pilihan toping marsmellow, kit-kat, dll.
Selamat mencoba......*yummy...

Tanah Orea Ice Cream Kacang Merah
Dengan Toping Kit-Kat
»»  READMORE...

Selasa, 03 Maret 2015

~

Tuan memang seperti itu.
Rindu selalu mengadu.
Jangan sampai Tuan tersedu.
Hanya ingin bertemu; itu kata Kamu.
»»  READMORE...

Selasa, 24 Februari 2015

Hari Jadi

Kalau ada yang lupa dengan hari jadian.
Berharap tidak terjadi yang bukan-bukan.

Yang lupa bukan Tuan ataupun Nyonya, Tapi keduanya.

Lalu Tuan tiba-tiba memberi kabar kalau kita lupa hari yang besar;Hari Jadi.

Begini Tuan mengerim pesan " Sayang kita lupa sm hari jd yakk....?!"

Astaga..........!
Iya......Saya lupa.....!

Happy Anniversary TwentyTwo(22) On TwentyTwo(22).
»»  READMORE...