Bermula dari sebuah hashtag di Twitter, hingga menjadi gerakan nasional yang mengakar. Ribuan pemuda merespon seruan #IndonesiaTanpaJIL, mulai dari Twitter hingga Facebook. Tidak kurang dari tiga ribu orang memberikan dukungan kepada #IndonesiaTanpaJIL pada hari pertama dikumandangkannya gerakan ini di Facebook; jumlah yang berlipat menjadi 7.000 di hari kedua dan 10.000 di hari ketiga. Dari aktivis dakwah sampai pelajar SMA, dari eksekutif muda hingga ibu rumah tangga, dukungan untuk melawan pemikiran Jaringan Islam Liberal (JIL) terus mengalir. Jelaslah bahwa keinginan ini telah bersemayam di dada para pemuda Muslim Indonesia sejak lama, hanya saja sekarang ia mencapai puncak momentumnya.
Di dunia maya, para aktivis JIL tampil begitu berbeda dengan citra yang dipertahankannya di dalam tulisan-tulisannya atau di layar televisi. Jika sebelumnya mereka masih mempertahankan citra santun, ilmiah dan terpelajar, tidak demikian halnya di Twitter. Perang propaganda yang dilancarkannya kepada sendi-sendi ajaran Islam begitu vulgar dan provokatif. Bisa dikatakan, ada berkah tersembunyi di baliknya. Sebab, lontaran-lontaran yang begitu kasar itu justru dengan sendirinya menjelaskan kepada semua orang sisi buruk pemikiran mereka sendiri.
Sekilas tentang Islam Liberal
Islam liberal adalah pemikiran yang sepenuhnya lahir dari rahim Barat. Ia merupakan transformasi dari cara berpikir tipikal orang Barat terhadap Islam, yang ironisnya justru kini kurang populer di Barat sendiri. Islam liberal lebih dekat kepada liberalisme daripada Islam itu sendiri. Oleh karena itu, para aktivisnya lebih nyaman disebut ‘liberalis’ daripada ‘Islamis’.
Di Indonesia, terlebih lagi di dunia maya, kita menyaksikan para aktivis JIL begitu vulgarnya mempertontonkan pemikiran-pemikiran menyimpang. Mulai dari Ulil Abshar Abdalla yang berani mempertanyakan finalitas kenabian Rasulullah saw, hingga Syukron Amin – liberalis yang masih ‘bau kencur’ – yang berani menghalalkan ciuman dengan lawan jenis yang bukan pasangan suami/istri sah. Berbagai hal mereka gugat, mulai dari otoritas al-Qur’an hingga ke-ma’shum-an para Nabi dan Rasul. Segala hal mereka anggap ‘belum selesai’, mulai dari keharaman homoseksualitas hingga asal muasal agama itu sendiri. Inikah sikap kaum intelektual Islam yang sesungguhnya?
Kini, para pemuda Muslim telah bangkit. Dengan segala kelemahan dan kekurangannya, mereka mengepalkan tangan dan berdiri bersama, mengesampingkan segala perbedaan, ikhtilaf, madzhab dan harakah, untuk mewujudkan Indonesia tanpa JIL.
Tentang gerakan #IndonesiaTanpaJIL
#IndonesiaTanpaJIL adalah gerakan intelektual yg berpondasi pada pembangunan tradisi ilmu. Gerakan ini berawal dari sebuah hashtag #IndonesiaTanpaJIL di Twitter yang cukup fenomenal. Mengapa kami katakan fenomenal, karena dari hashtag itu kita melihat bahwa yang kontra dengan pemahaman yang dipopulerkan oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) sangat variatif. Dari mulai aktivis dakwah sampai anak-anak muda yang masih dalam tahap belajar bahkan ‘begajulan’ ikut menyuarakan penolakannya terhadap JIL. Pekerjaan ini adalah pekerjaan jangka panjang, bukan sekedar hura-hura sesaat, apalagi pengisi waktu luang. Oleh karena itu, #IndonesiaTanpaJIL tidak bersandar pada slogan, mission statement atau demo belaka.
Demo itu perlu, namun pekerjaan di balik layar jauh lebih penting. Kami menyeru kepada kalangan terpelajar, terutama sekali mahasiswa, untuk berbagi kepedulian tentang bahaya Islam liberal. Mari kita gerakkan seluruh umat untuk menumbuhkan kembali tradisi keilmuan kita. Ramaikan rumah dengan buku, jadikan buku sebagai kawan duduk kita. Tulislah makalah-makalah dan buku-buku, selenggarakanlah seminar-seminar dan bedah buku. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Aksi-Aksi Kita
Kita melakukan banyak aksi edukasi seperti aksi sebar flyer atau buletin dan juga berbagai macam acara kajian dan diskusi. Flyer dan buletin yang kami bagikan adalah hasil capture dari para punggawa Jaringan Islam Liberal dan juga para pendukungnya di sosial media Twitter yang banyak mengeluarkan statement yang tidak pantas untuk diucapkan seorang Muslim. Aksi lainnya adalah berupa dialog dan kajian. Tim #IndonesiaTanpaJIL pada tanggal 15 Mei 2012 pernah diundang hadir di Hard Rock FM di acara Provocative Proactive yang dipandu oleh Pandji Pragiwaksono. Kegiatan kita juga pernah mendapat sorotan khusus alias laporan khusus dari koran ternama di Jawa Barat, Pikiran Rakyat edisi 3 Mei 2012, Aksi sebar flyer sendiri Alhamdulillah sudah kita lakukan di berbagai kota seperti Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo, Malang, Makassar, Surabaya, Pekanbaru dan Tanjungpinang.
Mengapa menggunakan artwork
Artwork atau karya seni. Artwork disini bisa dalam bentuk grafis/foto atau bahkan video. Kami menganggap inilah salah satu media dari sekian banyak media lain yang bisa menjadi penyampai pesan yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Dan jangan kita lupa bahwa awal terbentuk JIL mulanya adalah dari pertemuan para seniman sastra, teater, musik, film, dan seni rupa. Sehingga dalam menyebarkan pemikiran nyelenehnya mereka sangat fasih karena menggunakan media seni yang mudah dipahami oleh masyarakat awam. Media artwork adalah media yang kami pandang pas untuk menyalurkan emosi dan harus kita akui masih ada beberapa pendukung gerakan #IndonesiaTanpaJIL yang masih belum bisa menyalurkan nya dengan pemikiran.
Oleh karena itu artwork kami jadikan sebagai ‘pelampiasan’, tentu dengan cara yang cerdas bukan caci maki personal2 JIL. Kita harus mulai bisa memahami cara kerja mereka, pernahkah anda melihat/mendengar mereka mencaci fisik ulama yang lurus ? Yang mereka kritik selalu pemikiran/pendapat sang ulama tsb. Sementara sebagian dari kita justru sebaliknya. Berteriak sambil mencaci maki pemikiran mereka apalagi pribadinya tidak akan membuat pemikiran nyeleneh mereka berhenti. Edukasi dan edukasi diimbangi dengan kesabaran yang tinggi, insya Allah akan menuai hasil yang jauh lebih efektif. Amin ya Rabb !
Pemikiran harus dilawan dengan pemikiran bukan dengan sekedar hujatan dan caci maki. Semoga bisa dipahami bahwa ini bagian dari proses pembelajaran kita semua untuk pada akhirnya nanti bisa mematahkan serangan pemikiran mereka dengan pemikiran pula. Bukan dengan caci maki personal apalagi fisik.”
“Kalau kritikan kepada pribadi
seseorang lebih dominan daripada kritikan terhadap pemikirannya
seseorang itu, maka inilah ciri bahwa hal tersebut hanyalah hawa nafsu
yang dibungkus dengan kritik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak
mencela kemunafikan, tapi sedikit sekali beliau menyinggung tentang
orang-orang munafik secara personal, padahal mereka melakukan sebagian
kemungkaran dengan terang-terangan.”
[Dr. Abdul Aziz Tharifi, Kepala Bidang Riset dan Penelitian Kementerian Urusan Islam, KSA]
SUMBER: www.indonesiatanpajil.com
Klo di Medan sendiri udah ada movement melalui twitter @ITJMedan dan yang baru dibentuk @USUTanpaJIL. Melalui account2 ini semoga kita menjadi sama2 lebih tau :)